ianya sedikit-sedikit..
hilang berterabur, pecah-pecah..
lalu... hilang
aku berlari-lari, cuba..
cuba menangkap cebis-cebis itu,
duduk di hujung sudut dunia,perlahan-lahan aku rangkum,biar besar..
biar menjadi besar sebesar cakerawala diantara dua dimnesi yang berselisih
gerun aku berdiri pegun diantara realiti absurditi dan kenyataan realis.
seperti menarik-narik, kadang-kadang terlepas..
selaluunya terlepas
di mana pergi hilangnya ia ia dulu,
yang pernah menjadi kertas-kertas dinding melatar diantara sedihnya sejarah dan girangnya esok hari?
yang pernah menjadi runut-runut musik sepanjang meraikan ia ia, dan ia?
walaupun sekejap..
walaupun sekejap..
aku kini tersangkut pada sebuah jalan yang sudah hujung.. sedikit hujung..
bolehkah ia diperpanjang? diperluas? diinfinitikan?
mampukah ia diperpanjang? diperluas? diinfinitikan?
masih ada.. cukup untuk bertahan mungkin?
setakat ini mungkin?
mungkin aku tak perlu ada, mungkin ini kesilapan takdir..
bukan takdir aku disini, melekat, melukut
seperti lalat-lalat yang menjengkelkan kepala?
atau nyamuk yang terngiang-ngiang di telinga?
sigh
Malam di November itu
Malam di November itu...
Kita berbicara tanpa bunyi
Mengungkap keindahan perasaan dengan bahasa sunyi
Mencipta definisi baru yang tak pernah dijumpai manusia
Mengikat ikrar, dua dijadikan Satu
Dari dua kini menjadi satu
Malam di November itu...
Ironinya..
Kita tidak berbicara dengan bunyi
Tidak mengungkap keindahan perasaan tanpa bahasa sunyi
Tidak berdaya mendefinisi suatu definisi baru yang tidak dijumpai manusia
Tapi masih lagi mengikat ikrar, dijadikan satu daripada dua
Kepada satu sebelumnya dua
Malam di November itu...
Masih lagi gelap seperti malam sebelum malam itu
Tapi bintang tampak terang, bulan seperti mengambang
Dapatkah mereka membaca apa yang terselit antara garisan itu?
Membaca sebuah permulaan cerita yang baru sangat dimulai?
Menangkap terangnya cahaya seperti hari pertama kehidupan dicipta?
Mungkin...mungkin lebih terang..lagi terang...
Silau...
Kita berbicara tanpa bunyi
Mengungkap keindahan perasaan dengan bahasa sunyi
Mencipta definisi baru yang tak pernah dijumpai manusia
Mengikat ikrar, dua dijadikan Satu
Dari dua kini menjadi satu
Malam di November itu...
Ironinya..
Kita tidak berbicara dengan bunyi
Tidak mengungkap keindahan perasaan tanpa bahasa sunyi
Tidak berdaya mendefinisi suatu definisi baru yang tidak dijumpai manusia
Tapi masih lagi mengikat ikrar, dijadikan satu daripada dua
Kepada satu sebelumnya dua
Malam di November itu...
Masih lagi gelap seperti malam sebelum malam itu
Tapi bintang tampak terang, bulan seperti mengambang
Dapatkah mereka membaca apa yang terselit antara garisan itu?
Membaca sebuah permulaan cerita yang baru sangat dimulai?
Menangkap terangnya cahaya seperti hari pertama kehidupan dicipta?
Mungkin...mungkin lebih terang..lagi terang...
Silau...
situ...
biola itu terputus talinya
bila mahu tukar talinya?
gersek-gersek melodi menusuk-nusuk gegendang telinga
menggerak-gerak jiwa,
merentap-rentap gabungan rahsia,
antara manusia dengan manusia
biar dia lewati perhentian ini,
masa terbeku boleh-kah dipecah?
jalan-jalan berselsisih tapi masih jalan mati.
takut-lah...
hati-hati jangan sampai mati
ianya tetap tertanam, terpacak, terkedalam
tak jauh tapi masih tetap ada
mungkin patah,
ada-ada saja cerita yang diwarnakan hitam
bagi menolak puteh-puteh itu
jalan
jalan
jalan
jalan
tapi jangan terlupa sesuatu yang mungkin dilupa
jangan
jangan
jangan
jangan
rusak
by: i'm a dreamer
bila mahu tukar talinya?
gersek-gersek melodi menusuk-nusuk gegendang telinga
menggerak-gerak jiwa,
merentap-rentap gabungan rahsia,
antara manusia dengan manusia
biar dia lewati perhentian ini,
masa terbeku boleh-kah dipecah?
jalan-jalan berselsisih tapi masih jalan mati.
takut-lah...
hati-hati jangan sampai mati
ianya tetap tertanam, terpacak, terkedalam
tak jauh tapi masih tetap ada
mungkin patah,
ada-ada saja cerita yang diwarnakan hitam
bagi menolak puteh-puteh itu
jalan
jalan
jalan
jalan
tapi jangan terlupa sesuatu yang mungkin dilupa
jangan
jangan
jangan
jangan
rusak
by: i'm a dreamer
gagal mengejar detik waktu
waktu adalah detik yang tetap,
berulang-ulang angkanya
biarpun suasananya berbeza.
setiap detik waktu itu lah,
manusia
masih lagi sangsi,
masih lagi menari,
masih lagi menghindari
kiamat PAHALA.
tamatkan manusia suci,
tamatkan manusia dunggu,
tamatkan manusia yang berilmu,
buktikan waktu mampu
membeku segala perilaku.
sudah cukup pada manusia
yang telah hilang JIWA RASA.
by : artxcore
berulang-ulang angkanya
biarpun suasananya berbeza.
setiap detik waktu itu lah,
manusia
masih lagi sangsi,
masih lagi menari,
masih lagi menghindari
kiamat PAHALA.
tamatkan manusia suci,
tamatkan manusia dunggu,
tamatkan manusia yang berilmu,
buktikan waktu mampu
membeku segala perilaku.
sudah cukup pada manusia
yang telah hilang JIWA RASA.
by : artxcore
kelmarin kau ludah babi itu
ptuih!
kenapa hari ini kau ingin benar menjadi babi?
yang diludah bukan dari kau?
---
manusia akan sentiasa berakhir disuatu tempat yang pernah mereka seranah suatu masa dulu dengan alasan seorang manusia "biasa-lah...aku manusia"
by: i'm a dreamer(juga seorang manusia)
ptuih!
kenapa hari ini kau ingin benar menjadi babi?
yang diludah bukan dari kau?
---
manusia akan sentiasa berakhir disuatu tempat yang pernah mereka seranah suatu masa dulu dengan alasan seorang manusia "biasa-lah...aku manusia"
by: i'm a dreamer(juga seorang manusia)
kalaulah si adam dan hawa...
Kalau lah adam dan hawa tidak memakan buah larangan itu,
Sudah tentu aku, kau dan mereka tidak perlu menempuhi dunia yang tunggang langgang ini
Orang acapkali menyua ayat,
”setiap yang berlaku pasti bersebab”
perlukah sebab-sebab didahului keperitan?
Mampukah sebab-sebab itu menutup lubang-lubang kepahitan jahanam?
Untuk mampu berjalan, manusia perlu menjalani jatuh-jatuh merangkak
Untuk mendongak, manusia perlu belajar untuk membawahkan kepala
Untuk menghilangkan airmata, manusia perlu belajar mencucinya
hingar bingar tak selalunya diiringi gelak ketawa
kadang-kadang tersangkut hilang entah kemana
bersembunyi mungkin
bukan hilang hilang, cuma menyorok tak mahu keluar atau mungkin bisa saja gegar kebisingan itu
cuba kau bergabung keramaian itu,
kalau-kalau kau mampu curi sedikit keriuhan
lalu kau simpan erat diruang kesunyian,
gantung ia ditempat yang sukar dicapai
ikat ia kemas agar tidak jatuh berderai
biar kebisingan terus tetap menghuni ruang-ruang pendusta
kau bukan berdusta
kau bukan mendustai kehidupan
cuma kadang-kadang pendustaan itu sebagai ritual pembebas keperitan
tapi bukankah keperitaan adalah sebuah permulaan kegembiraan?
Pergi jahanam!!!
Pukimak! Anak haram!!
Maaf...
Kemanisan tidak perlu bermula dengan kepahitan
Titik-titik itu boleh saja bercantum tanpa perlu garis-garis sial menolak
Coret-coret bisa saja digabung menjadi hasil seni agung
Lambung lambung
Campak campak
Carit carit
Rodok rodok
Bungkam bungkam
Tapi tetap saja namanya kehidupan
Telanjangkan definisinya
Ternampakkah kemaluan dicelah-celah itu?
Wujudkah?
Sempatkah ludah-ludah itu kering sebelum siang?
Dikala malamnya dihujani hijaunya kahak pekat
Menari lagi lagu-lagu kecewa
Kekiri kekanan tanpa kaki tanpa lengan
Tapi tetap saja ikut melagu, lagu lagu keperitan
Alangkah indahnya kalau-kalau adam dan hawa tidak makan buah larangan itu
Lalu membuatkan pancaindera bisu memberitahu mereka bahwa ketelanjangan itu suatu kemaluan
Dan aku, kau dan mereka tetap saja disyurga
Meninggalkan kemungkinan hidup didunia yang seringkalinya
”setiap yang berlaku pasti bersebab”
tapi sampai bila?
by: i'm a dreamer
Sudah tentu aku, kau dan mereka tidak perlu menempuhi dunia yang tunggang langgang ini
Orang acapkali menyua ayat,
”setiap yang berlaku pasti bersebab”
perlukah sebab-sebab didahului keperitan?
Mampukah sebab-sebab itu menutup lubang-lubang kepahitan jahanam?
Untuk mampu berjalan, manusia perlu menjalani jatuh-jatuh merangkak
Untuk mendongak, manusia perlu belajar untuk membawahkan kepala
Untuk menghilangkan airmata, manusia perlu belajar mencucinya
hingar bingar tak selalunya diiringi gelak ketawa
kadang-kadang tersangkut hilang entah kemana
bersembunyi mungkin
bukan hilang hilang, cuma menyorok tak mahu keluar atau mungkin bisa saja gegar kebisingan itu
cuba kau bergabung keramaian itu,
kalau-kalau kau mampu curi sedikit keriuhan
lalu kau simpan erat diruang kesunyian,
gantung ia ditempat yang sukar dicapai
ikat ia kemas agar tidak jatuh berderai
biar kebisingan terus tetap menghuni ruang-ruang pendusta
kau bukan berdusta
kau bukan mendustai kehidupan
cuma kadang-kadang pendustaan itu sebagai ritual pembebas keperitan
tapi bukankah keperitaan adalah sebuah permulaan kegembiraan?
Pergi jahanam!!!
Pukimak! Anak haram!!
Maaf...
Kemanisan tidak perlu bermula dengan kepahitan
Titik-titik itu boleh saja bercantum tanpa perlu garis-garis sial menolak
Coret-coret bisa saja digabung menjadi hasil seni agung
Lambung lambung
Campak campak
Carit carit
Rodok rodok
Bungkam bungkam
Tapi tetap saja namanya kehidupan
Telanjangkan definisinya
Ternampakkah kemaluan dicelah-celah itu?
Wujudkah?
Sempatkah ludah-ludah itu kering sebelum siang?
Dikala malamnya dihujani hijaunya kahak pekat
Menari lagi lagu-lagu kecewa
Kekiri kekanan tanpa kaki tanpa lengan
Tapi tetap saja ikut melagu, lagu lagu keperitan
Alangkah indahnya kalau-kalau adam dan hawa tidak makan buah larangan itu
Lalu membuatkan pancaindera bisu memberitahu mereka bahwa ketelanjangan itu suatu kemaluan
Dan aku, kau dan mereka tetap saja disyurga
Meninggalkan kemungkinan hidup didunia yang seringkalinya
”setiap yang berlaku pasti bersebab”
tapi sampai bila?
by: i'm a dreamer
sunyi.. itu lolongan!!!
Menjerit tak terkeluar bunyi
Kesunyian itu bukan sunyi yang biasa
Membawa segala pekik lolong laungan batin
Emosi berguling-guling meronta minta dirungkai
Apa lagi yang tidak kena?
Putuskan jalur-jalur yang berselirat itu
Rangkum ia menjadi satu garisan lurus tak tercapai akal
Kerja ini tak mampu dia lakukan berseorang
Bukankah lohong-lohong itu kau yang huni?
Apa perlunya disumbat kebuntuan dengan persoalan?
Apa mungkin ianya suatu tirai fantamorgana bagi melepas diri?
Biar selepas ini kebusukan bisa dialihkan menjadi moral-moral paling kental
Lalu senang kau unjurkan jari telunjuk itu menghala ketubuhnya?
Hari ini segalanya suci
Hari ini segala hitam tampak puteh
Esok-esok bagaimana?
Terjumpa pelangi malahan satu warna menjadi tiada warna
Namanya manusia tidak akan pernah puas!
Cuba cari refleksi diri
Takkan perlu aku heret kau menghadap cermin membelai wajah?
by: i'm a dreamer
Kesunyian itu bukan sunyi yang biasa
Membawa segala pekik lolong laungan batin
Emosi berguling-guling meronta minta dirungkai
Apa lagi yang tidak kena?
Putuskan jalur-jalur yang berselirat itu
Rangkum ia menjadi satu garisan lurus tak tercapai akal
Kerja ini tak mampu dia lakukan berseorang
Bukankah lohong-lohong itu kau yang huni?
Apa perlunya disumbat kebuntuan dengan persoalan?
Apa mungkin ianya suatu tirai fantamorgana bagi melepas diri?
Biar selepas ini kebusukan bisa dialihkan menjadi moral-moral paling kental
Lalu senang kau unjurkan jari telunjuk itu menghala ketubuhnya?
Hari ini segalanya suci
Hari ini segala hitam tampak puteh
Esok-esok bagaimana?
Terjumpa pelangi malahan satu warna menjadi tiada warna
Namanya manusia tidak akan pernah puas!
Cuba cari refleksi diri
Takkan perlu aku heret kau menghadap cermin membelai wajah?
by: i'm a dreamer
terpenuhi..diisi..hilang
Ruang-ruang itu seperti selalu
Berhabuk, berdebu, berlumut
Kau rindukan dekorasi ruang itu
Teragak-agak kau lantas mengikis lumut-lumut itu
“aku mahu huni ruang itu sekali lagi” monolog kau
”aku mahu disitu membuang rindu mengait indah” kata kau kepada kau
tapi tangan kau terikat dibelakang, kaki kau digari perlu melompat
kenapa perlu harungi sesuatu yang tidak pasti?
Esok memang suatu yang tidak pasti
Tapi roh kurang bersedia kenapa perlu paksa?
Ruang itu kini kotor
Kotor dengan ketidaksediaan diri sendiri
Malah menghentam yang lain
Tangan terikut penuh dengan kebodohan
Tangan terikut penuh dengan kekotoran
Hari semalam memaksa kau berubah bentuk menjadi hari ini
Liku-likunya perlu kau susur
Manusia itu bukan malaikat dari langit
Cuma manusia harus jadi malaikat walau tak mampu
Tak perlu pandang gelap dibelakang
Walau panjang mana hari malam, kelak akan datang siang menghuni
by: i'm a dreamer
Berhabuk, berdebu, berlumut
Kau rindukan dekorasi ruang itu
Teragak-agak kau lantas mengikis lumut-lumut itu
“aku mahu huni ruang itu sekali lagi” monolog kau
”aku mahu disitu membuang rindu mengait indah” kata kau kepada kau
tapi tangan kau terikat dibelakang, kaki kau digari perlu melompat
kenapa perlu harungi sesuatu yang tidak pasti?
Esok memang suatu yang tidak pasti
Tapi roh kurang bersedia kenapa perlu paksa?
Ruang itu kini kotor
Kotor dengan ketidaksediaan diri sendiri
Malah menghentam yang lain
Tangan terikut penuh dengan kebodohan
Tangan terikut penuh dengan kekotoran
Hari semalam memaksa kau berubah bentuk menjadi hari ini
Liku-likunya perlu kau susur
Manusia itu bukan malaikat dari langit
Cuma manusia harus jadi malaikat walau tak mampu
Tak perlu pandang gelap dibelakang
Walau panjang mana hari malam, kelak akan datang siang menghuni
by: i'm a dreamer
gigil-gigil subuh, takut-takut salji didapan
Tersangkut diantara dua dimensi yang tak akan mungkin terbebas
Ke kiri ke kanan tetap saja ke tengah
Bersatu dalam jiwa-jiwa melarat
Antara mahu dan tidak mahu
Terhumban antara indah-indah dan perit-perit
Lorong itu bukan siapa-siapa yang mengheret
Bukankah aku pernah saja menghirup udara-udara disana
Dan lantas saja aku gambarkan kejijikan suasananya?
Menyelak-nyelak halaman demi halaman pada buku-buku peradaban kehidupan
Menyua cetakan-cetakan pengalaman dari liku-liku kesialan
Berusaha mengelak seliratnya akar-akar yang sebesar pemeluk itu
Kadangnya terjatuh namun bisa bangkit menongkat kudrat
Tapi bukan selalunya daya mengatasi keinginan
Terjatuh lalu berselingkuh antara jalur-jalur kayu itu
Lalu mengikat diri jarang-jarang tidak terbelit
Ada pisau didepan buat memotong
Tapi gagal dicapai atau terlepas pandang?
Atau mungkin saja buat-buat tak nampak
Agar badan terbiasa sakit
Lebih indah mengecap manis selepas tekak pahit merasa madu bercampur cuka
Bukan sekali kepala diteleng menoleh kebelakang
Apa disitu?
Tetap saja disitu
Ditinggal memang tidak mungkin sama yang dihadapan
Detik lalu menggigil kesejukan subuh
Risau-risau detik mendatang beku dilanggar salji
Melutut berdoa matahari menjengah membawa panas-panas bumi
Sambil mencairkan kesejukan menggigit walau apa nombornya suhu
Harap-harap..
Ribut datanglah mendobrak segalanya
menginaplah sunyi sepi selepas musnahnya kegagalan ఇటు
by: i'm a dreamer
Ke kiri ke kanan tetap saja ke tengah
Bersatu dalam jiwa-jiwa melarat
Antara mahu dan tidak mahu
Terhumban antara indah-indah dan perit-perit
Lorong itu bukan siapa-siapa yang mengheret
Bukankah aku pernah saja menghirup udara-udara disana
Dan lantas saja aku gambarkan kejijikan suasananya?
Menyelak-nyelak halaman demi halaman pada buku-buku peradaban kehidupan
Menyua cetakan-cetakan pengalaman dari liku-liku kesialan
Berusaha mengelak seliratnya akar-akar yang sebesar pemeluk itu
Kadangnya terjatuh namun bisa bangkit menongkat kudrat
Tapi bukan selalunya daya mengatasi keinginan
Terjatuh lalu berselingkuh antara jalur-jalur kayu itu
Lalu mengikat diri jarang-jarang tidak terbelit
Ada pisau didepan buat memotong
Tapi gagal dicapai atau terlepas pandang?
Atau mungkin saja buat-buat tak nampak
Agar badan terbiasa sakit
Lebih indah mengecap manis selepas tekak pahit merasa madu bercampur cuka
Bukan sekali kepala diteleng menoleh kebelakang
Apa disitu?
Tetap saja disitu
Ditinggal memang tidak mungkin sama yang dihadapan
Detik lalu menggigil kesejukan subuh
Risau-risau detik mendatang beku dilanggar salji
Melutut berdoa matahari menjengah membawa panas-panas bumi
Sambil mencairkan kesejukan menggigit walau apa nombornya suhu
Harap-harap..
Ribut datanglah mendobrak segalanya
menginaplah sunyi sepi selepas musnahnya kegagalan ఇటు
by: i'm a dreamer
Subscribe to:
Posts (Atom)