gigil-gigil subuh, takut-takut salji didapan

Tersangkut diantara dua dimensi yang tak akan mungkin terbebas
Ke kiri ke kanan tetap saja ke tengah
Bersatu dalam jiwa-jiwa melarat
Antara mahu dan tidak mahu
Terhumban antara indah-indah dan perit-perit

Lorong itu bukan siapa-siapa yang mengheret
Bukankah aku pernah saja menghirup udara-udara disana
Dan lantas saja aku gambarkan kejijikan suasananya?
Menyelak-nyelak halaman demi halaman pada buku-buku peradaban kehidupan
Menyua cetakan-cetakan pengalaman dari liku-liku kesialan

Berusaha mengelak seliratnya akar-akar yang sebesar pemeluk itu
Kadangnya terjatuh namun bisa bangkit menongkat kudrat
Tapi bukan selalunya daya mengatasi keinginan
Terjatuh lalu berselingkuh antara jalur-jalur kayu itu
Lalu mengikat diri jarang-jarang tidak terbelit

Ada pisau didepan buat memotong
Tapi gagal dicapai atau terlepas pandang?
Atau mungkin saja buat-buat tak nampak
Agar badan terbiasa sakit
Lebih indah mengecap manis selepas tekak pahit merasa madu bercampur cuka

Bukan sekali kepala diteleng menoleh kebelakang
Apa disitu?
Tetap saja disitu
Ditinggal memang tidak mungkin sama yang dihadapan
Detik lalu menggigil kesejukan subuh
Risau-risau detik mendatang beku dilanggar salji
Melutut berdoa matahari menjengah membawa panas-panas bumi
Sambil mencairkan kesejukan menggigit walau apa nombornya suhu
Harap-harap..

Ribut datanglah mendobrak segalanya
menginaplah sunyi sepi selepas musnahnya kegagalan ఇటు

by: i'm a dreamer

No comments: