kalaulah si adam dan hawa...

Kalau lah adam dan hawa tidak memakan buah larangan itu,
Sudah tentu aku, kau dan mereka tidak perlu menempuhi dunia yang tunggang langgang ini

Orang acapkali menyua ayat,
”setiap yang berlaku pasti bersebab”
perlukah sebab-sebab didahului keperitan?
Mampukah sebab-sebab itu menutup lubang-lubang kepahitan jahanam?

Untuk mampu berjalan, manusia perlu menjalani jatuh-jatuh merangkak
Untuk mendongak, manusia perlu belajar untuk membawahkan kepala
Untuk menghilangkan airmata, manusia perlu belajar mencucinya

hingar bingar tak selalunya diiringi gelak ketawa
kadang-kadang tersangkut hilang entah kemana
bersembunyi mungkin
bukan hilang hilang, cuma menyorok tak mahu keluar atau mungkin bisa saja gegar kebisingan itu

cuba kau bergabung keramaian itu,
kalau-kalau kau mampu curi sedikit keriuhan
lalu kau simpan erat diruang kesunyian,
gantung ia ditempat yang sukar dicapai
ikat ia kemas agar tidak jatuh berderai
biar kebisingan terus tetap menghuni ruang-ruang pendusta

kau bukan berdusta
kau bukan mendustai kehidupan
cuma kadang-kadang pendustaan itu sebagai ritual pembebas keperitan
tapi bukankah keperitaan adalah sebuah permulaan kegembiraan?

Pergi jahanam!!!
Pukimak! Anak haram!!

Maaf...

Kemanisan tidak perlu bermula dengan kepahitan
Titik-titik itu boleh saja bercantum tanpa perlu garis-garis sial menolak
Coret-coret bisa saja digabung menjadi hasil seni agung

Lambung lambung
Campak campak
Carit carit
Rodok rodok
Bungkam bungkam

Tapi tetap saja namanya kehidupan

Telanjangkan definisinya
Ternampakkah kemaluan dicelah-celah itu?
Wujudkah?
Sempatkah ludah-ludah itu kering sebelum siang?
Dikala malamnya dihujani hijaunya kahak pekat

Menari lagi lagu-lagu kecewa
Kekiri kekanan tanpa kaki tanpa lengan
Tapi tetap saja ikut melagu, lagu lagu keperitan

Alangkah indahnya kalau-kalau adam dan hawa tidak makan buah larangan itu
Lalu membuatkan pancaindera bisu memberitahu mereka bahwa ketelanjangan itu suatu kemaluan

Dan aku, kau dan mereka tetap saja disyurga
Meninggalkan kemungkinan hidup didunia yang seringkalinya
”setiap yang berlaku pasti bersebab”

tapi sampai bila?

by: i'm a dreamer

2 comments:

Anonymous said...

kenapa kita berseni..tapi kata kita sering kali terkehel..
gunakan kata indah..agar orang membaca terpersona dengan karya..
karya agung tak semesti menyumpah..
atau guna kata mengata..
adakan baik jika kata itu halus..tapi tidak menyucuk..
jika kita melayu-islam
ada adab yang perlu kita tempuh..
dunia Allah yang cipta..
mengapa mesti kite menyoal..
hidup sahaja di dunia
jangan lupa mati kan menyusul
tanya diri..samada diri cukup sempurna utk berada di syurga sana

Anonymous said...

kenapa kita berseni..tapi kata kita sering kali terkehel..
gunakan kata indah..agar orang membaca terpersona dengan karya..
karya agung tak semesti menyumpah..
atau guna kata mengata..
adakan baik jika kata itu halus..tapi tidak menyucuk..
jika kita melayu-islam
ada adab yang perlu kita tempuh..
dunia Allah yang cipta..
mengapa mesti kite menyoal..
hidup sahaja di dunia
jangan lupa mati kan menyusul
tanya diri..samada diri cukup sempurna utk berada di syurga sana